Merengkuh Eskatologi Alkitabiah
Inilah pertanyaannya: Mengapa belajar eskatologi? Tetapi sebelum kita menjawab pertanyaan ini, saya ingin membicarakan beberapa alasan mengapa orang-orang tidak mempelajari eskatologi.
Alasan Pertama: Orang-orang yang mempelajari eskatologi adalah orang aneh
Saya tidak tahu bagaimana pendapat anda, tetapi saya pikir salah satu alasan mengapa banyak orang tidak suka mempelajari eskatologi adalah karena orang-orang yang mempelajari eskatologi yang saya kenal terlihat aneh. Pernahkah anda secara pribadi memperhatikannya? Selama bertahun-tahun, saya telah menghadiri beberapa “Home Group”, yang pada dasarnya merupakan sebuah pertemuan kecil mingguan di rumah orang-orang yang bertujuan untuk membentuk komunitas dan memberikan kekuatan rohani. Dan sepertinya, selalu ada satu orang dalam setiap kelompok itu yang terobsesi dengan akhir jaman. Tidak peduli diskusi apa yang sedang berlangsung, mereka selalu terlihat ingin membicarakan tentang akhir jaman. Hal ini tentunya menjadi pembunuh suasana. Tetapi hal ini juga bisa membuat orang-orang merasa tidak nyaman. Pernahkah anda merasakan hal itu? Secara pribadi, sebagian ketakutan saya ketika menulis buku ini adalah bahwa saya tidak ingin dipandang sebagai “salah satu dari orang-orang itu.” Barangkali anda berpikiran sama seperti saya dan anda juga tidak ingin dipandang sebagai makhluk aneh, dan untuk alasan itu anda telah menjauhkan diri dari eskatologi. Hal itu dapat dimaklumi. Akan tetapi bolehkah saya meyakinkan anda mengenai sesuatu? Tipe manusia yang sedang kita bicarakan ini memang sudah sedikit berbeda sebelum mereka mulai mempelajari eskatologi. Eskatologi tidak bertanggung jawab atas keanehan seseorang atau kemampuan sosial yang rendah. Jika saat ini anda adalah tipe orang yang tidak menjauhi orang lain, maka Anda tidak akan menjauhi orang yang bergaul akrab dengan eskatologi. Di samping itu, kesimpulan-kesimpulan yang diambil berdasarkan apa yang dipikirkan orang-orang tidak boleh menjadi dasar dari pengambilan keputusan (Amsal 29:25). Rasul Paulus pernah menuliskan bahwa jika tindakan-tindakan dan sikapnya dimotivasi oleh pemikiran manusia, maka ia bukan lagi seorang pelayan Kristus. (Galatia 1:10) Saya harap kita sepakat mengenai hal ini.
Alasan Kedua: Eskatologi tidak mungkin bisa dimengerti
Alasan lain mengapa orang tidak mempelajari eskatologi adalah karena mereka merasa eskatologi sangat membingungkan, bahwa hal itu tidak mungkin dimengerti, jadi mengapa bersusah payah mempelajarinya? Ijinkan saya mengatakan dengan jelas, bahwa pemikiran itu hanyalah sebuah kebohongan belaka. Saya setuju bahwa eskatologi dunia bisa membingungkan. Akan tetapi hal itu terjadi karena adanya pengaruh orang-orang yang tidak menyukai apa yang dikatakan dengan jelas sekali oleh Alkitab mengenai kejadian-kejadian itu dan oleh karenanya, mereka berusaha untuk membuat sebuah sistem penafsiran yang mengaburkan arti sebenarnya. Akan tetapi teologia pemutarbalikan yang bersifat spekulatif dari sistem tersebut terlihat sangat jelas bagi siapa pun yang mau menelusuri akar pemikiran seperti itu. Ada beberapa perspektif yang sangat berbeda mengenai akhir jaman. Beberapa orang mengambil sudut pandang alegoris atau simbolis mengenai eskatologi (dan bahkan pada keseluruhan Alkitab!), sementara yang lain berusaha untuk sekedar membaca dan coba memahami Alkitab secara literal saja. Hal ini berarti kita membaca bagian Alkitab hanya sebagai cerita-cerita sejarah saja. Bila itu adalah sebuah puisi, kita membacanya sebagai puisi. Jika itu merupakan sebuah perumpamaan, maka kita membacanya sebagai sebuah perumpamaan. Bila itu merupakan sebuah sejarah, maka kita tidak membacanya sebagai alegori. Hal ini sangatlah masuk akal. Kitab di tangan Anda bukanlah alegori. Anda tidak memerlukan seorang teolog untuk menjelaskan hal ini. Tuhan tidak meletakkan informasi yang tidak mungkin dimengerti di dalam KitabNya. Ya, beberapa hal memang sulit untuk dimengerti, tetapi kesulitan tidak bisa menjadi alasan untuk tidak mencoba. Dengan penyelidikan seksama dan sikap penuh doa (lebih pada yang terakhir), Alkitab akan terbuka bagi Anda dan bahkan isu-isu yang lebih kompleks akan menjadi lebih bisa dimengerti.
Alasan Ketiga: Eskatologi tidak relevan; ada banyak isu lain yang jauh lebih relevan untuk dibicarakan
Beberapa orang merasa ada lebih banyak isu-isu terkait dan lebih relevan untuk dibicarakan dibandingkan mempelajari eskatologi. Mereka berpikir bahwa kita harus lebih memperhatikan pelayanan kebutuhan yang bersifat mendesak dari masyarakat di sekitar kita daripada memandang awan-awan, merenungkan kejadian-kejadian yang akan terjadi di masa mendatang. Beberapa orang mengatakan bahwa Injil merupakan berita mengenai kabar baik dan keselamatan, bukan mengenai kabar buruk tentang Anti Kristus dan nabi-nabi palsu dan penganiayaan, dan lain sebagainya. Sekali lagi, saya sangat mengerti perasaan ini. Akan tetapi bila kita mengambil “eskatologi Alkitabiah” ke dalam fungsi yang paling sederhana, apa yang kita pelajari adalah kedatangan Yesus. Penyelidikan konsep yang begitu ganjil dan menakutkan seperti Anti Kristus dan Nabi Palsu bukanlah alasan utama mempelajari eskatologi, akan tetapi lebih kepada tanda-tanda yang mendahului fokus eskatologi yang benar yaitu “Kembalinya Sang Raja.” Sementara Yesus dan para rasul telah menghabiskan banyak waktu membicarakan isu-isu sehari-hari seperti hubungan yang sehat, mensyukuri dan berbicara dalam bahasa lidah dan memilih diakon dan lain-lain; tidak bisa dipungkiri bahwa eskatologi juga diangkat secara menyolok di dalam kotbah dan pengajaran mereka. Dan orang-orang ini hidup dua ribu tahun sebelum kita. Saya teringat akan sebuah kotbah yang menyebabkan orang-orang bodoh bisa dengan sangat jujur mengomentari bahwa kita lebih dekat pada akhir jaman dibandingkan siapa pun sebelum kita. Jadi bila dua ribu tahun yang lalu Yesus dan para rasul tidak berpikiran bahwa eskatologi merupakan hal yang tidak relevan, maka mengapa kita harus memiliki pemikiran yang berbeda? Jika mereka menjadikan kejadian-kejadian jauh di masa depan itu sebagai bagian dari kotbah mereka, mengapa kita tidak? Apa yang mereka tahu yang tidak kita ketahui?
Alasan Positif Mempelajari Eskatologi
Alasan Pertama: Kotbah Eskatologi dan Api Neraka-lah yang Menyelamatkan Saya
Buku Kristen pertama yang saya baca adalah buku yang ditulis oleh John Walvoord, seorang pengajar terkenal mengenai akhir jaman. Saya tidak ingat betul apa yang memotivasi saya untuk membeli buku itu. Untuk berbagai alasan, banyak orang non-Kristen yang terpesona oleh eskatologi, dan saya adalah salah satu dari mereka. Beberapa bulan kemudian, ketika saya telah menyerahkan hidup saya kepada Tuhan, ayat-ayat eskatologis/berisi kemarahan Tuhan yang saya temukan dalam buku karangan Walvoordlah yang begitu kuat berbicara kepada saya dan menjadi bahan pemikiran ketika saya membuat keputusan terpenting; yaitu bertobat dari pola pemikiran lama dan hidup untuk sesuatu yang jauh lebih baik. Ayat-ayat yang mempengaruhi saya saat itu bukanlah ayat yang biasa digunakan orang Kristen untuk mengabarkan Injil kepada orang lain. Di banyak kehidupan orang Kristen saat ini, jika seorang pengkhotbah mengatakan, "Berilah dirimu diselamatkan dari angkatan yang jahat ini." (Kis 2:40), dia akan dipandang sebagai seorang radikal atau pengkhotbah api neraka dan batu belerang kuno. Yang ingin saya katakan di sini adalah bahwa eskatologi adalah bagian dari pesan Kabar Baik. Eskatologi merupakan bagian dari Kabar Baik pada masa Perjanjian Baru dan harus tetap menjadi bagian dari Kabar Baik di masa sekarang. Jika eskatologi terlihat tidak cukup sensitif, maka demikianlah adanya. Kita punya contoh-contoh di dalam Perjanjian Baru. Banyak pendeta perlu bertanya pada diri mereka sendiri: Mengapa aku telah melenceng jauh dari model di Perjanjian Baru? Sebagai orang Kristen, apakah kita berpikir bahwa kita bisa lebih baik dari Yohanes Pembaptis, Yesus, dan Para Rasul? Jadi sementara saya memahami bahwa ada banyak isu-isu relevan yang harus dipelajari dan dimengerti dalam konteks normal sehari-hari, kehidupan kristiani yang sehat seperti, hubungan antar sesama manusia, persembahan dan berkumpul bersama, serta banyak hal lainnya, diskusi Alkitabiah mengenai eskatologi tidak bisa untuk tidak dimasukkan. Menghilangkan eskatologi dari penginjilan atau pemuridan atau santapan spiritual sehari-hari setiap orang Kristen adalah sama dengan mengurangi pesan Perjanjian Baru/Injil apostolik yang lengkap. Berikut ini adalah enam alasan lain bagaimana kita bisa memiliki eskatologi Alkitabiah yang benar.
Alasan Kedua: Yesus, Teladan Kita Semua Mempelajari Eskatologi. (Apa yang akan dilakukan Yesus?)
Ini mungkin terdengar terlalu menusuk, namun pikirkanlah fakta sederhana ini: Yesus belajar eskatologi. Tentu saja Yesus tidak hanya mempelajari eskatologi yang ada dalam Alkitab, namun bagaimana pun juga Ia mempelajarinya. Jika Anda seorang Kristen, maka Anda telah memutuskan untuk menjadi pengikut Yesus (Matius 28:19, 20). Dalam Injil, sering kita lihat Yesus mengutip bagian eskatologi Alkitab. Sangat jelas bahwa Yesus tidak hanya mengetahui bagian eskatologi Alkitab tetapi Dia juga mengerti dan menafsirkan arti nubuatan nabi dengan tepat. Pada permulaan pelayananNya di dunia kita melihat Yesus bangkit di dalam sinagoga untuk membacakan gulungan kitab nabi Yesaya:
Ia datang ke Nazaret tempat Ia dibesarkan, dan menurut kebiasaan-Nya pada hari Sabat Ia masuk ke rumah ibadat, lalu berdiri hendak membaca dari Alkitab. Kepada-Nya diberikan kitab nabi Yesaya dan setelah dibuka-Nya, Ia menemukan nas, di mana ada tertulis: "Roh Tuhan ada pada-Ku, oleh sebab Ia telah mengurapi Aku, untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin; dan Ia telah mengutus Aku untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan penglihatan bagi orang-orang buta, untuk membebaskan orang-orang yang tertindas, untuk memberitakan tahun rahmat Tuhan telah datang." Kemudian Ia menutup kitab itu, memberikannya kembali kepada pejabat, lalu duduk; dan mata semua orang dalam rumah ibadat itu tertuju kepada-Nya. Lalu Ia memulai mengajar mereka, kata-Nya: "Pada hari ini genaplah nas ini sewaktu kamu mendengarnya."
Lukas 4:16-21
Di dalam salah satu pesan Yesus kepada para muridNya, Dia menjawab pertanyaan mereka, “Bilamanakah itu akan terjadi dan apakah tanda kedatangan-Mu dan tanda kesudahan dunia?" (Matius 24:3). Dalam menjawab pertanyaan mereka, Yesus secara langsung memberikan referensi pada kitab Nabi Daniel; salah satu kitab eskatologis dalam Alkitab:
Jadi apabila kamu melihat Pembinasa keji berdiri di tempat kudus, menurut firman yang disampaikan oleh nabi Daniel para pembaca hendaklah memperhatikannya maka orang-orang yang di Yudea haruslah melarikan diri ke pegunungan.
Matius 24:15,16
Pada pasal yang sama Yesus kembali mengutip dari nabi Yesaya dan membuat kiasan dari nabi Yunus pula. Poin sederhana di sini adalah bahwa Yesus memiliki pengetahuan yang kuat mengenai eskatologi dalam Alkitab. Ijinkan saya mengulang poin saya: Yesus mempelajari eskatologi. Meski demikian, saat ini dengan berbagai alasan banyak orang percaya tidak menghargai eskatologi Alkitab. Kecuali kalau kita berpikir kita bisa mengungguli atau lebih berhubungan erat dengan realitas dibandingkan Yesus, maka tentu kita sebagai pengikutNya juga demikian meraih pemahaman yang kuat mengenai eskatologi Alkitabiah.
Alasan Ketiga: Tuhan Meletakkannya di Dalam Alkitab
Sekali lagi, saya tidak bermaksud terkesan sok bijak di sini. Tetapi kiranya kekuatan dari pemikiran ini adalah kata-katanya yang terdengar begitu wajar. Jika Roh Kudus memenuhi halaman-halaman Alkitab (saya sungguh-sungguh memaksudkannya: memenuhi!), dengan referensi berlimpah mengenai hari-hari terakhir, maka mengapa kebanyakan orang Kristen melewatkan bagian Alkitab itu? Mengapa begitu banyak orang Kristen cenderung bersikap sinis atau berhenti ketika sampai, misalnya pada Kitab Wahyu? Meskipun Tuhan tidak pernah secara eksplisit mengatakan, “engkau harus mempelajari eskatologi”, barangkali Dia akan mengatakan hal itu dengan memberikannya tempat yang menyolok dalam Alkitab. Kita harus bertanya pada diri sendiri, “Jika Tuhan tidak ingin saya mempelajari dan memahami hal ini, mengapa semua itu ada di sana?” Pikirkanlah fakta ini: Lebih dari 25% ayat-ayat dalam Alkitab berisi tentang hal-hal profetis/nubuatan.2 Jika kita mengabaikan 25% tersebut, (bersamaan dengan daftar silsilah yang tidak popular dan tentu saja mengganggu), maka kita dapat mengurangi Alkitab secara signifikan. Namun sebelum kita melakukan hal itu, saya kira pertama-tama kita harus membuka ayat yang berbunyi demikian, “Segala tulisan yang diilhamkan Tuhan memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran” (2 Timotius 3:16). Maafkanlah saya, saya hanya berusaha menjadi seorang yang bersikap bijaksana….Maafkan saya.
Alasan Keempat: Hal Ini Terlalu Serius untuk Diabaikan
Siapa pun yang telah membaca Kitab Wahyu mengetahui bahwa peristiwa-peristiwa yang akan dilihat oleh kita yang masih hidup, merupakan sesuatu yang serius. Ada gambaran bahwa sepertiga dari penghuni bumi akan mati (Wah 9:18). Kita membaca mengenai wabah, peperangan, dan gempa bumi (Wah 6). Tidak ada bagian dari “mimpimu yang paling menakutkan yang tidak bisa digambarkan”, yang tidak terdapat dalam Kitab Wahyu. Akan tetapi kita bahkan tidak perlu berspekulasi mengenai Kitab Wahyu untuk menyadari kegawatan peristiwa-peristiwa tersebut. Ketika kita membaca pasal 24 dan 25 dari Kitab Matius, kita melihat Yesus memberikan pernyataan yang paling menakutkan dan tragis di antara kitab-kitab lainnya. Pikirkanlah barang satu menit, realitas dan bobot yang dinyatakan oleh Yesus di bawah ini:
Pada waktu itu kamu akan diserahkan supaya disiksa, dan kamu akan dibunuh dan akan dibenci semua bangsa oleh karena nama-Ku, dan banyak orang akan murtad dan mereka akan saling menyerahkan dan saling membenci. Banyak nabi palsu akan muncul dan menyesatkan banyak orang. Dan karena makin bertambahnya kedurhakaan, maka kasih kebanyakan orang akan menjadi dingin. Tetapi orang yang bertahan sampai pada kesudahannya akan selamat.
Matius 24:9-13
Bila hal ini bukan sesuatu yang menyedihkan dan menakutkan anda hingga pada titik akhir, maka saya tidak lagi bisa berkomunikasi dengan anda. Saya dengan tegas melekat erat pada kasih Tuhan. Saya percaya sepenuhnya bahwa Yesus mati untuk dosa-dosa saya. Saya tidak ragu-ragu mengatakan bahwa tidak ada sesuatu pun di jagad raya ini yang dapat memisahkan saya dari kasih Tuhan. Akan tetapi saya sadar sepenuhnya akan dosa-dosa saya. Saya sadar dengan kecenderungan saya untuk membuat pernyataan yang menipu diri sendiri yang dapat disamakan dengan pernyataan orang mabuk. Ungkapan di atas tidak mengatakan: “banyak orang akan menjauh dari gereja,” akan tetapi cenderung mengatakan, “banyak orang akan gagal mempertahankan imannya”, dan “kasih kebanyakan orang akan menjadi dingin.” Hal ini sungguh sangat menakutkan. Mereka adalah orang-orang yang kita kenal. Mereka adalah orang yang memiliki hubungan yang manis dengan kita. Mereka adalah saudara-saudari kita. Hal ini sungguh nyata dan sangat serius dan tidak bisa kita abaikan begitu saja.
Alasan Kelima: Kita Mungkin Masih Akan Hidup dan Melihat Peristiwa-peristiwa Itu
Pemikiran ini tidak bisa dicoret begitu saja. Peristiwa-peristiwa yang dikatakan oleh Alkitab sungguhlah nyata. Banyak di antara kita yang saat ini masih hidup dan membaca materi buku ini, akan tetap hidup dan secara harafiah akan menyaksikan kembalinya Yesus. Sekarang anda dapat mengatakan bahwa setiap generasi telah mempercayai bahwa mereka merupakan generasi terakhir. Meskipun banyak orang akan berpendapat bahwa hal ini merupakan intuisi universal akan penantian kembalinya Yesus yang akan selalu menjadi isu dalam gereja, saya sepenuhnya menolak dugaan tersebut. Memang ada banyak kelompok, banyak dari kelompok itu yang merupakan kelompok pinggiran, yang telah mengantisipasi kedatangan Yesus dalam generasi mereka, namun tidak mengantisipasi lebih jauh lagi kedatangan Yesus yang hanya tinggal sesaat lagi. Pada kenyataannya, adalah fair mengemukakan pendapat bahwa generasi di mana kita hidup saat ini, merupakan generasi pertama sejak munculnya generasi apostolik, yang telah memiliki kesaksian akan hari-hari akhir yang akan segera datang. Secara pribadi, kapan pun saya mendengar seseorang menekankan gagasan bahwa setiap generasi gereja telah secara universal mempercayai bahwa Yesus akan kembali pada generasi mereka, saya juga coba melihat terhadap apa mereka mengajukan alasan untuk menolak diri mereka sebagai bagian daripadanya. Alasan ini tidak pernah gagal, yaitu bahwa kapan saja pemikiran seperti itu ditekankan, hal itu dilakukan dengan tujuan untuk membuat alasan menjalani hidup dengan cara-cara di mana mereka tidak merasa perlu mengantisipasi kedatanganNya. Sekali lagi, pertanyaan yang harus kita tanyakan pada diri sendiri, terutama bagi mereka yang menjadi pemimpin dalam gereja adalah: Apakah sikap kita sama dengan mereka yang hidup pada masa gereja mula-mula? Atau apakah kita sudah mengadopsi perilaku yang kurang lebih sama seperti yang kita lihat dalam Perjanjian Baru, dengan roh yang sama seperti masa dimana kita hidup saat ini?
Alasan Keenam: Untuk Memberi Kita Pemahaman dan Mempersiapkan Hati Kita
Salah satu alasan utama perlu menjadikan eskatologi sebagai bagian dari kehidupan spiritual kita sehari-hari adalah bahwa melalui eskatologi, kita menjadi siap. Persiapan ini bukanlah persiapan secara fisik. Ini bukan mengenai menimbun makanan, atau menemukan rute aman untuk melarikan diri dari kota anda (meskipun untuk tingkatan tertentu, hal itu bisa dilakukan). Persiapan itu lebih berbicara mengenai persiapan spiritual. Persiapan untuk “bersiap-siap” dilakukan dengan dua alasan yang kedua-duanya tidak boleh diabaikan.
Alasan pertama dan terpenting didasarkan pada dampak spiritual dari studi eskatologi yang akan memenuhi hati kita. Dampak spiritual ini mempengaruhi tindakan-tindakan kita dan cara kita hidup. Salah satu efeknya adalah keinginan untuk memiliki hidup yang kudus (Ibrani 12:14). Ketika kita membaca tentang kejadian-kejadian yang telah digambarkan dalam Alkitab dan peristiwa-peristiwa mengerikan dan menakutkan yang akan terjadi, diikuti dengan penampakan agung Yesus dari Surga, kita menemukan diri kita sendiri ingin membuang semua dosa dan memfokuskan diri pada harapan bahwa suatu hari, kita akan melihat Dia muka dengan muka. Memang, “Setiap orang yang menaruh pengharapan itu kepada-Nya, menyucikan diri sama seperti Dia yang adalah suci” (1 Yoh 3:3). Ketika kita membaca penggambaran diri kita sebagai Pengantin Wanita Kristus, kita ingin menguduskan diri dan menjaga kemurnian Suami masa depan kita:
Kristus telah mengasihi jemaat dan telah menyerahkan diri-Nya baginya untuk menguduskannya, sesudah Ia menyucikannya dengan memandikannya dengan air dan firman, supaya dengan demikian Ia menempatkan jemaat di hadapan diri-Nya dengan cemerlang tanpa cacat atau kerut atau yang serupa itu, tetapi supaya jemaat kudus dan tidak bercela.
Efesus 5:25-27
Sebab aku cemburu kepada kamu dengan cemburu ilahi. Karena aku telah mempertunangkan kamu kepada satu laki-laki untuk membawa kamu sebagai perawan suci kepada Kristus.
2 Korintus 11:2
Kita juga hampir pasti akan mengembangkan urgensi yang mendalam dalam doa dan penginjilan dan mungkin bahkan perintisan gereja. Kita barangkali menemukan perasaan yang lebih mendalam mengenai perjamuan kudus, dan komunitas dengan saudara-saudara sesama pengikut Yesus (Ibrani 10:25). Ada banyak keuntungan spiritual positif yang didapat dari mempelajari eskatologi. Semua efek itu merupakan bagian dari efek kumulatif yang membuat kita “siap” melalui hari-hari besar menakutkan yang sedang mendekat, dan bertahan hingga hari di mana Yesus akhirnya kembali.
Alasan kedua yang membuat kita siap adalah melalui pengetahuan dan pemahaman yang telah ditanamkan. Telah dinyatakan bahwa bersikap waspada adalah senjata. Bila kita memang merupakan generasi yang hidup sebelum kedatangan Yesus, maka faktor ini sangatlah penting. Studi eskatologi bukan hanya mempersiapkan hati kita namun juga memberi kita deskripsi spesifik mengenai peristiwa yang akan kita saksikan di masa depan. Akan ada hal-hal yang akan terjadi di bumi dan yang perlu kita mengerti secara mental, yaitu untuk kita nantinya akan melarikan diri atau menghindarinya (Matius 24:15, 16; Wahyu 14:9). Kesiapan sejati berasal dari sikap yang penuh dengan doa, persatuan yang terus-menerus denganNya, dan tanggap akan informasi mengenai tanda-tanda dan kejadian-kejadian di sekitar kita, sebagaimana telah disingkapkan. Komuni agar kita bisa menjadi “Satu”, menjadi prioritas atas semua isu dalam hidup Kekristenan (Markus 12:29, 30; Mazmur 27:4; Lukas 10:42), dan untuk itu Tuhan tidak mau jika kita bersikap acuh tak acuh terhadap satu sama lain. Itulah sebabnya mengapa Yesus membagikan begitu banyak informasi dengan kita. Yesus berkata, “Camkanlah, Aku sudah mengatakannya terlebih dahulu kepadamu.” Matius 24:25
Jadi ini mengenai pemahaman dan kesiapan spiritual yang bersama-sama dikombinasikan dalam hati kita agar kita benar-benar “siap.” Pernyataan kesiapan ini digambarkan dalam Alkitab dengan kata-kata seperti, “ketenangan hati”, “kesiapan”, “kewaspadaan”, dan lain-lain. Dan kita banyak diperingatkan untuk selalu berada dalam keadaan demikian. Dalam Matius 24 dan 25, kita melihat Yesus berulang kali mengatakan hal seperti, “berjaga-jagalah” (Matius 24:42, 25:13), “Waspadalah supaya jangan ada orang yang menyesatkan kamu!” (Matius 24:4). Kapan saya kita mempelajari bagian eskatologi Alkitab, kita menemukan peringatan/desakan. Kita diperintahkan untuk terus waspada:
Tetapi aku ini akan menunggu-nunggu YAHWEH, akan mengharapkan Tuhan yang menyelamatkan aku; Tuhanku akan mendengarkan aku!
Mikha 7:7
Sebab banyak penyesat telah muncul dan pergi ke seluruh dunia, yang tidak mengaku, bahwa Yesus Kristus telah datang sebagai manusia. Itu adalah si penyesat dan antikristus. Waspadalah, supaya kamu jangan kehilangan apa yang telah kami kerjakan itu, tetapi supaya kamu mendapat upahmu sepenuhnya.
2 Yohanes 1:7, 8
Kita diperintahkan untuk selalu berjaga-jaga:
Karena itu berjaga-jagalah, sebab kamu tidak tahu bilamanakah tuan rumah itu pulang, menjelang malam, atau tengah malam, atau larut malam, atau pagi-pagi buta, Apa yang Kukatakan kepada kamu, Kukatakan kepada semua orang: berjaga-jagalah!"
Markus 13:35, 37
Berjaga-jagalah senantiasa sambil berdoa, supaya kamu beroleh kekuatan untuk luput dari semua yang akan terjadi itu, dan supaya kamu tahan berdiri di hadapan Anak Manusia."
Lukas 21:36
dari antara kamu sendiri akan muncul beberapa orang, yang dengan ajaran palsu mereka berusaha menarik murid-murid dari jalan yang benar dan supaya mengikut mereka. Sebab itu berjaga-jagalah
Kisah Para Rasul 20:30,31
….dalam segala doa dan permohonan. Berdoalah setiap waktu di dalam Roh dan berjaga-jagalah di dalam doamu itu dengan permohonan yang tak putus-putusnya untuk segala orang Kudus
Efesus 6:18
Sungguh, Alkitab menyamakan hidup dalam ketidakpedulian akan hari-hari terakhir sama seperti keadaan tertidur atau mabuk:
Sebab itu baiklah jangan kita tidur seperti orang-orang lain, tetapi berjaga-jaga dan sadar.
1 Tesalonika 5:6
Sadarlah dan berjaga-jagalah! Lawanmu, si Iblis, berjalan keliling sama seperti singa yang mengaum-aum dan mencari orang yang dapat ditelannya.
1 Petrus 5:8
Dalam kenyataannya, mabuk adalah keadaan yang menggambarkan mereka yang telah berkompromi dengan “Pelacur Babel” dalam Kitab Wahyu:
Sudah rubuh, sudah rubuh Babel, kota besar itu,… karena semua bangsa telah minum dari anggur hawa nafsu cabulnya
Wahyu 18:2,3
Ungkapan-ungkapan: “sadarlah”, “waspadalah”, “berjaga-jagalah”, “ketahuilah”, “berhati-hatilah”, semuanya membicarakan tentang kegiatan untuk waspada. Jadi marilah kita memperhatikan peringatan-peringatan tersebut. Marilah kita semua mengejar hubungan kasih yang lebih mendalam dan persatuan setiap hari dengan Raja kita yang agung, dan janganlah kita menyia-nyiakan informasi yang telah Dia tunjukkan kepada kita tentang waktu-waktu di depan dalam SabdaNya yang mengagumkan.
Alasan Ketujuh: Sebagai Dasar bagi Setiap Pelayanan Kenabian
Alasan lain yang, menurut pendapat saya, telah lama diabaikan oleh kebanyakan pelayanan kenabian dalam gereja adalah bahwa pegangan eskatologi Alkitabiah yang tepat adalah fondasi penting dari setiap pelayanan kenabian sejati. Saya mengatakan ini sebagai referensi bagi siapa pun yang terpanggil untuk pelayanan khusus kenabian dan juga bagi gereja manapun yang merasa terpanggil untuk bekerja sama dengan pelayan-pelayan kenabian. Yang saya maksud dengan kenabian di sini bukan hanya sekedar anugerah ataupun kemampuan dari Tuhan untuk berbicara dan memberi semangat, membawa perbaikan, atau bahkan mengarahkan orang lain. Saya sedang berbicara mengenai pelayanan kenabian atau gereja-gereja yang merasa terpanggil untuk menubuatkan tentang peristiwa-peristiwa khusus dari pespektif Tuhan. Saya sedang berbicara tentang individu-individu yang merasa terpanggil untuk menjadi kekuatan yang relevan di bumi atau di kota-kota dan dalam komunitas mereka. Saya percaya, sebagai hasil dari kurangnya visi masa depan yang jelas, yang didasarkan pada pemahaman yang tepat tentang eskatologi Alkitabiah, gereja menderita dan cenderung menjadi kurang efektif sebagai orang-orang yang dipanggil untuk menyuarakan kenabian. Hal yang sama bisa dikatakan terhadap individu mana pun yang terpanggil untuk melayani pelayanan kenabian.
Ijinkanlah saya untuk mencoba menyatakan kembali secara lebih jelas lagi. Alkitab memberi kita informasi yang sangat spesifik dan mendetil mengenai masa depan dunia ini. Peristiwa-peristiwa tersebut akan memiliki implikasi sosial, ekonomi, agama, dan yang terpenting, implikasi spiritual bagi seluruh bumi. Jika seseorang percaya dirinya terpanggil untuk menjadi suara kenabian yang berbicara dengan relevansi dan kekuatan dari Tuhan kepada dunia dan kepada gereja-gereja Barat yang suam-suam kuku, (Kebanyakan nubuatan Perjanjian Lama ditujukan kepada orang-orang Israel yang suam-suam kuku) maka sangat penting untuk memahami dengan jelas nubuatan yang telah tertulis.
Salah satu contoh masa kini untuk menunjukkan pemikiran saya adalah kenyataan bahwa Tuhan sendiri telah membangun kembali orang-orang Yahudi di tanah Israel. Dia telah menyatakannya dengan jelas beribu-ribu tahun yang lalu bahwa Dia akan melakukannya. Kembalinya orang-orang Yahudi ke tanah air mereka merupakan bagian yang tidak terbantahkan dari nubuat Alkitab yang telah terbuka. Kelahiran kembali bangsa Israel adalah langkah penting dalam rencana Tuhan untuk menggenapi semua hal yang baik dari perjanjianNya dengan orang-orang Yahudi. Saat ini terdapat gelombang Anti-Semit baru yang melanda seluruh dunia. Pada saat ini, meskipun ideologi anti-Semit tidak disebut anti-Semit, namun terselubung dalam slogan “anti-Zionisme”.3 Sebagai hasil dari kurangnya pemahaman tujuan-tujuan Tuhan yang telah jelas bagi bangsa Israel dan kaum Yahudi seperti yang tertulis dalam Alkitab, banyak orang Kristen tanpa sadar (atau bahkan dengan sepenuhnya sadar) mendukung gerakan dan teologi anti-Semit ini. Hal ini merupakan kesalahan yang sangat menyedihkan. Di sepanjang sejarah, Gereja telah terus-menerus melakukan kesalahan yang sama. Hal ini terjadi karena kurangnya pemahaman mengenai masa depan Kerajaan Tuhan, serta peran Israel di dalamnyalah yang menyebabkan gereja-gereja Kristen melakukan kesalahan terbesar dalam sejarah. Pendirian Gereja Negara di bawah pemerintahan Konstantin, dan Perang Salib merupakan dampak langsung dari teologi yang melenceng mengenai Kerajaan Tuhan dan status orang-orang Yahudi; yang mana hal itu didasarkan atas eskatologi yang salah. Pikirkanlah betapa keadaan dunia akan sungguh berbeda bila Gereja tidak terjatuh dalam kesalahan-kesalahan ini. Bangsa Israel memang jauh dari sempurna, dan tentunya tidak lepas dari kritik, (tentunya hal yang sama juga bisa dikatakan kepada bangsa mana pun). Namun tanpa pemahaman dasar yang benar akan nubuatan dalam Alkitab mengenai Israel, maka banyak orang Kristen tidak tahu bagaimana menguji dengan tepat sifat atau sumber infomasi dari banyaknya peristiwa yang beredar di seputar isu mengenai Negara Israel dan orang-orang Yahudi saat ini. Hal ini secara khusus sangatlah benar dalam “awan” informasi yang salah yang sedang bertumbuh dan propaganda-propaganda salah yang berusaha menjelek-jelekkan orang Yahudi. Hal ini hanyalah satu contoh betapa kurangnya pemahaman akan urutan peristiwa-peristiwa dalam nubuatan Alkitab, membuat orang tidak bisa menangkap apa yang telah dengan jelas dibukakan di depan matanya. Bukannya menjadi kekuatan yang relevan di dunia, atau menjadi orang yang sejalan dengan pikiran Tuhan, sesungguhnya orang seperti itu justru akan menolong terlaksananya rencana-rencana mereka yang diinspirasikan oleh Setan. Saya mengerti bahwa hal ini merupakan isu yang sangat kontroversial, namun saya tetap berpegang teguh pada hal ini.
Pewahyuan yang dinubuatkan oleh nabi mana pun harus didasarkan pada kata-kata Kenabian (K besar) Alkitabiah yang kokoh. Mereka yang berharap untuk menjadi suara kenabian (k kecil) tanpa pertama-tama dalam diri mereka mencerna dan memahami Nubuatan Eskatologis dalam Injil, mereka akan menjadi penghambat besar bagi efektifitas pelayanan mereka. Jika seseorang percaya bahwa mereka bisa benar-benar menjadi suara kenabian yang efektif tanpa sungguh-sungguh memahami pesan Injil, kebanyakan orang Kristen akan menganggap mereka sedang mengalami delusi. Akan tetapi pesan Injil bukan hanya bahwa Yesus mati di atas salib untuk dosa-dosa kita, namun kesimpulan dari pesan Injil adalah kedatanganNya kembali. Elemen penting yang diagungkan dalam eskatologi Alkitabiah adalah kedatangan Yesus kembali yang secara harafiah akan memerintah bumi dari Yerusalem! Pesan Injil adalah Yesus mengalami sengsara bagi dosa-dosa kita, tetapi tanpa kedatanganNya kembali, itu bukanlah Injil yang sempurna. Eskatologi Alkitabiah menyempurnakan pesan Injil. “Karena kesaksian Yesus adalah roh nubuat.” (Wahyu 19:10) Atau dengan kata lain: pesan tentang Yesus kepada dunia (Pesan Injil) dan eskatologi Alkitabiah (roh nubuat) adalah satu hal yang sama. Supaya bisa mengalir dalam roh nubuatan, Tuhan mengharapkan supaya para nabiNya memahami keseluruhan pesan Injil, bahwa “kesaksian penuh mengenai Yesus” tidak akan pernah gagal.
Bagaimana Mempelajari Eskatologi: Pola Alkitabiah
Seperti orang-orang sebaya Yesus, Ia mempelajari Alkitab sejak usia muda, namun saya juga percaya bahwa Dia secara teratur datang di hadapan Bapa dengan rendah hati, berdoa dan memohon Bapa untuk membukakan Alkitab bagiNya. (Markus 1:35; Lukas 5:16; Matius 14:23). Saya pikir ini adalah pernyataan yang aman untuk dikemukakan, bahwa Yesus datang dengan memahami secara baik panggilanNya di dunia, yang puncaknya adalah kematianNya di atas kayu salib. Tidak hanya karena pada dasarnya Ia adalah Firman Tuhan yang berinkarnasi dalam daging, tetapi juga karena Ia dengan rajin mempelajari Alkitab, yang dikombinasikan dengan disiplin menyediakan waktu dengan Bapa melalui Roh kudus dalam doa. Meskipun Alkitab tidak secara eksplisit menyatakan seberapa sering Yesus berpuasa, saya percaya bahwa Dia berpuasa secara teratur. (Yohanes 4:32; Matius 17:21; Ibrani 5:7) Yesus hidup di dunia ini bergantung penuh pada Roh Kudus. (Lukas 4:1) Jika kita ingin menjadi pengikut Yesus yang sejati, dan memahami apa yang dikatakan Alkitab mengenai masa depan bumi, negara, kota, dan hidup kita, juga hidup keluarga kita, kita perlu dengan rajin mempelajari Alkitab dengan sikap berdoa dan berpuasa secara teratur dan konsisten. Sesedehana itu. Tidak ada jalan pintas. Tuhan menjanjikan pada kita bahwa jika kita mencariNya dengan tekun, Dia akan menjawab:
Berserulah kepada-Ku, maka Aku akan menjawab engkau dan akan memberitahukan kepadamu hal-hal yang besar dan yang tidak terpahami, yakni hal-hal yang tidak kauketahui.
Yeremia 33:3
Oleh karena itu Aku berkata kepadamu: Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan mendapat; ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu.
Lukas 11:9
apabila kamu mencari Aku, kamu akan menemukan Aku; apabila kamu menanyakan Aku dengan segenap hati
Yeremia 29:13
Doa dan puasa dikombinasikan dengan sikap berserah akan menggerakkan hati Tuhan untuk menjawab. Saya percaya, mengenai hari-hari terakhir, pola di bawah ini perlu diikuti. Kita menemukan pola ini dalam hidup Daniel. Mari kita lihat apa yang dikatakan dalam Daniel 9:1-4:
Pada tahun pertama pemerintahan Darius, anak Ahasyweros, dari keturunan orang Media, yang telah menjadi raja atas kerajaan orang Kasdim, pada tahun pertama kerajaannya itu aku, Daniel, memperhatikan dalam kumpulan Kitab jumlah tahun yang menurut firman YAHWEH kepada nabi Yeremia akan berlaku atas timbunan puing Yerusalem, yakni tujuh puluh tahun. Lalu aku mengarahkan mukaku kepada Yahweh Elohim untuk berdoa dan bermohon, sambil berpuasa dan mengenakan kain kabung serta abu. Maka aku memohon kepada YAHWEH, Tuhanku, dan mengaku dosaku
Daniel 9:1-4
Perhatikanlah polanya. Daniel membaca Kitab dari nabi sebelumnya, yaitu nabi Yeremia dan mengetahui bahwa dia hidup pada masa-masa yang dikatakan sebagai masa penuh nubuatan. Jawabannya adalah mandat bagi kita; “Lalu aku mengarahkan mukaku kepada Yahweh Elohim untuk berdoa dan memohon, sambil berpuasa dan mengenakan kain kabung serta abu. Maka aku memohon kepada Yahweh, Elohimku, dan mengaku dosaku….”
Daniel tidak berhenti berdoa ketika malaikat Gabriel menampakkan diri kepadanya:
Sementara aku berbicara dan berdoa dan mengaku dosaku dan dosa bangsaku, bangsa Israel, dan menyampaikan ke hadapan YAHWEH, Tuhanku, permohonanku bagi gunung kudus Tuhanku, sementara aku berbicara dalam doa, terbanglah dengan cepat ke arahku Gabriel, dia yang telah kulihat dalam penglihatan yang dahulu itu pada waktu persembahan korban petang hari. Lalu ia mengajari aku dan berbicara dengan aku: "Daniel, sekarang aku datang untuk memberi akal budi kepadamu untuk mengerti. Ketika engkau mulai menyampaikan permohonan keluarlah suatu firman, maka aku datang untuk memberitahukannya kepadamu, sebab engkau sangat dikasihi. Jadi camkanlah firman itu dan perhatikanlah penglihatan itu!
Daniel 9:20-23
Menakjubkan! Jika Anda merasa bingung atau putus asa dalam memahami hari-hari terakhir, siapkanlah hati anda dengan kisah dan pola ini. Ketika kita melakukan bagian kita dengan belajar, berdoa dan berpuasa; meminta pencerahan, pemahaman, dan pewahyuan, maka Tuhan telah berjanji untuk melakukan bagianNya dengan kekuatan supernatural. Dia akan datang dan membukakan Alkitab yang akan menerangi kita mengenai peristiwa-peristiwa dunia. Dan secara khusus pencerahan supranatural inilah yang kita butuhkan di hari-hari yang akan datang. Akan tetapi persiapkanlah hati; meskipun masa depan terlihat menakutkan, kita tidak harus menghadapinya sendirian. (Matius 28:19,20) Dia telah berjanji untuk tidak meninggalkan kita seperti yatim piatu, bahwa Dia akan ada untuk menolong kita:
Aku akan minta kepada Bapa, dan Ia akan memberikan kepadamu seorang Penolong yang lain, supaya Ia menyertai kamu selama-lamanya, yaitu Roh Kebenaran. Dunia tidak dapat menerima Dia, sebab dunia tidak melihat Dia dan tidak mengenal Dia. Tetapi kamu mengenal Dia, sebab Ia menyertai kamu dan akan diam di dalam kamu. Aku tidak akan meninggalkan kamu sebagai yatim piatu. Aku datang kembali kepadamu.
Yohanes 14:16-18
Dia telah secara sangat khusus berjanji bahwa pada hari-hari terakhir aka nada mereka yang bersinar dengan cahayaNya dan memberikan pemahaman dan menerangi orang lain:
Dan orang-orang bijaksana akan bercahaya seperti cahaya cakrawala, dan yang telah menuntun banyak orang kepada kebenaran seperti bintang-bintang, tetap untuk selama-lamanya.
Daniel 12:3
Dan orang-orang bijaksana di antara umat itu akan membuat banyak orang mengerti, tetapi untuk beberapa waktu lamanya mereka akan jatuh oleh karena pedang dan api, oleh karena ditawan dan dirampas.
Daniel 11:23
Tetapi ia menjawab: "Pergilah, Daniel, sebab firman ini akan tinggal tersembunyi dan termeterai sampai akhir zaman. Banyak orang akan disucikan dan dimurnikan dan diuji, tetapi orang-orang fasik akan berlaku fasik; tidak seorangpun dari orang fasik itu akan memahaminya, tetapi orang-orang bijaksana akan memahaminya.
Daniel 12:9,10
Sayangnya, disebutkan di sini bahwa banyak orang akan jatuh dan dimurnikan dalam “pengusiran”, dalam kesengsaraan dan lain sebagainya. Poinnya di sini adalah, pada hari-hari terakhir Tuhan telah menyatakan bahwa Dia akan membangkitkan mereka yang akan “bersinar terang.” Mereka akan membawa “banyak orang kepada kebenaran” dan akan “memberikan pemahaman kepada banyak orang.” Kita telah mendiskusikan pola biblikal untuk mendapatkan pemahaman serta hubungan yang erat dengan Tuhan, yaitu melalui doa, berpuasa, serta mempelajari Firman Tuhan dengan tekun dan rendah hati. Dengan pola ini, Tuhan akan menghindari banyak orang untuk dikuasai atau dibingungkan oleh kegelapan. Malahan, mereka akan “bercahaya seperti cahaya cakrawala, dan yang telah menuntun banyak orang kepada kebenaran seperti bintang-bintang, tetap untuk selama-lamanya….”
“Buku ini penting untuk mengetahui penggenapan nubuat Alkitab mengenai akhir jaman pada masa kita dan memahami peranan yang dimainkan Islam di dalamnya” Pastor Reza F. Safa, Mantan Muslim Radikal
Halaman
- Beranda
- WHY WOMEN CONVERT ISLAM
- ISMAIL SAUDARAKU
- SON OF HAMAS
- E-BOOK ISLAM
- WHY WE LEFT ISLAM
- KEBENARAN MUHAMMAD
- KABAR SUKACITA
- INILAH ISMAEL
- PRESTASI WARISAN MUHAMMAD
- WHY I AM NOT A MUSLIM
- Memahami Hati Tuhan Bagi Kaum Kedar
- Islam dalam Terang Sejarah
- Islam dan Yahudi
- Buku Saku Islam
- WHY I AM NOT A MUSLIM
- The Challenge of Islam
- Secrets of the Koran
- Secrets Behind The Burqa
- JESUS and Muhammad
- CHRIST, MUHAMMAD and I
Tidak ada komentar:
Posting Komentar